Kamis, 31 Mei 2012

Kota Mataram & Bisnis Laundry

KM.MellbaoNews. Jum,at,1/6/2012.Usaha Laundry (tempat cuci pakaian) kini sudah ada di mana-mana. Sebab tak sedikit warga yang menggunakan jasa ini. kalau kita melintasi beberapa tempat di kota Mataram, seperti di jalan dari Langko terus tembus  sampai ke kota tua Ampenan, kita akan terbuat geleng kepala dengan puluhan baliho kecil di tepi jalan bertulis tentang tawaran Laundry  mulai harga paling sampai hasilnya licin, harum, semua tawaran menyediakan sudah disediakan.
 
Munculnya beragam  beragam jajakan Laundry di kota Mataram sekarang ini, menjadikan  salah satu bukti nyata bahwa peluang bisnis Laundry semakin  hari semakin diminati oleh warga Kota Mataram  sekitarnya.  Bahkan tidak sedikit pelaku usaha yang mengembangkan bisnis Laundrynya dengan menggunakan sistem kemitraan dengan pelanggannya, menandakan peluang pasarnya masih sangat luas dan prospek bisnisnya pun masih sangat bagus. Sehingga diperkirakan untuk tahun-tahun ke depannya peluang bisnis ini akan mengalami peningkatan yang cukup tajam di  Kota Mataram. Peluang bagi pasar Laundry yang semakin terbuka lebar sepertinya menjadi sasaran tepat bagi para pelaku usaha. Tak heran bila saat ini hampir di setiap pelosok daerah baik di kota maupun di daerah pinggiran, semakin banyak bisnis Laundry yang bermunculan. Hal inilah yang mendorong beberapa pelaku bisnis Laundry mulai tertarik untuk mengembangkan bisnisnya melalui kerjasama dengan investasi yang beragam pula. Ungkap, Turmuzi (Pengamat sosial, dan ketua Kovensi NTB).

Ungkapkan Serupa juga datang dari salah seorang pemilik usaha Laundry kiloan di Kekalik Jaya, ibu Ida saat ditemui di tempat laundrynya kemarin mengatakan, bisnis Laundry makin menjamur. Dengan bermodalkan Rp. 10 juta  pun sudah bisa membangun bisnis tersebut. Modal tersebut digunakan sebagai biaya sewa tempat, pembelian mesin cuci serta setrika.

Dari sekian jumlah  sistem Laundry ini, pihaknya lebih memilih sistem kiloan. Karena  menurutnya, bisnis laundry kiloan hampir sama dengan bisnis Laundry lainnya, namun penghitungan jasa cucinya dalam bentuk kiloan, bukan picisan atau paketan. Sementara, mengenai mesin cuci yang digunakan dalam bisnis laundry kiloan biasanya sama dengan apa yang biasa digunakan pada rumah tangga-tangganya. Kalau pakaian yang diantar bayarannya bisa berbeda-beda  tergantung tempat dimana akan diantarakan. Menghitung biaya cucian berdasarkan satuan serta paket, misalkan satu buah kemeja ongkosnya bisa  Rp. 1000 sampai dengan Rp. 2.500 hingga untuk perkembangan tahun kedepannya Kota Mataram makin akan diramaikan oleh bisnis Laundry. (Wakil Direktur Mellbao)

Rabu, 30 Mei 2012

AMPI NTB Mengedor Kantor Gubernur NTB

MellbaoNews: Kamis, 29,Mei 2012.Pagi menjelang siang didepan kantor Gubernur Nusa Tengara Barat (NTB)  terlihat berbeda dengan hari-hari sebelumnya, mobil patrol polisi berjejeran disudut depan pendopo kantor Gurbernur. Ratusan masyarakat  pesisir  dari kalangan tua, remaja dan anak-anak  bergabung menjadi  satu aksi damai untuk menuntut keadilan yang berpihak pada masyarakat pesisir,  suara riuh terdengar ditengah aksi,  ditambah lagi dengan teriakan yel-yel “ bebaskan tanah kami  tegak kan keadilan untuk masyarakat pesisir".

  Dalam aksi damai tersebut masyarakat pesisir yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pesisir Indonesia (AMPI NTB) mempertanyakan dimana keadilan bagi masyarakat pesisir. Ketua AMPI NTB yang mewakili masyarakat pesisir menuntut keberpihakan pemerintah dalam  penyelesaian disetiap kasus yang terjadi di masyarakat pesisir. seperti halnya yang telah terjadi di Dusun Mangsit,  Desa Sengigi, Kecamatan Batu Layar Lombok Barat, yang dimana jalan untuk nelayan pergi melaut  sudah tertutup dengan bangunan hotel berbintang.

Anehnya lagi ketika mereka mau pergi melaut  mereka harus memajat pagar seperti maling, begitu juga yang terjadi di Dusun Karang Telaga, Desa Seteluk, Kecamatan Batu Layar, masyarakat seringkali diusir oleh Mr. Wine, salah seorang warga negara Australia yang mengklaim disekitar tanah tersebut  adalah miliknya, sehingga dengan pengusiran itu membuat masyarakat desa seteluk resah, hal serupa  juga terjadi di lingkungan Bintaro, Kecamtan Ampenan Kota Mataram dimana tanah pesisir mau dijual oleh oknum mengklaim tanah itu milik mereka dan nelayan tidak boleh menyandarkan  perahu mereka ditempat tesebut beteriak tegas dalam orasinya. Kami berharap dengan hormat kepada Gurbernur NTB, TGB. Zainul Majdi untuk mendengarkan suara kami, suara orang susah. untuk segera menyelesaikan ketidakadilan yang telah menimpa wong cilik selama ini, ungkapnya.

Aksi damai  pun berjalan dengan tertib dan lancar, walaupun sempat polisi menegur pendemo untuk tidak mengunakan pengeras suara Salon Basoka. Hingga  salah seorang utusan dari AMPI NTB  diperkenankan masuk untuk bertemu  lansung dengan Gurbenur NTB. (Yar).

Mengajarkan Keberagaman Pada Anak Kita

OpiniKM.MellbaoNews:Mengajarkan keberagaman melalui pendidikan multikultural semakin penting bagi bangsa ini dan khususnya untuk masing-masing daerah, dengan tujuaanya meminimal terjadinya konflik di sekeliling kita, entahkah itu konfik, Suku,agama, etnis dan antargolongan dibeberapa daerah. Melalui pendidikan multikultural itulah, sikap dan pola pikir siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai sebuah keberagaman di masing-masing daerah mereka. Selain itu juga, pendidikan multikultural bisa menanamkan sekaligus mengubah peserta didik untuk benar-benar tulus menghargai keberagaman etnis,agama, ras dan antara golongan.

Sikap menghargai keberagaman harus ditanamkan sejak di sekolah tingkat dasar (SD). Sebenarnya, sekolah adalah tempat menghapuskan berbagai jenis prasangka yang bertujuan membuat siswa terkotak-kotak sehingga sekolah harus terbebas dari yang namanya diskriminasi kepada siapa pun.
Lalu pertayaannya, bagaimanakah kita mengajarkan keberagaman kepada anak kita? Cara yang paling murah dan mudah ialah dengan mengunakan Krayon. Krayon? Ya, ide ini pertama kali dilakukan oleh Kim Troncone di Veterans Memorial Elementary School kepada siswa-siswa SD kelas 1 yang diajarkannya. Inspirasi ini diperolehnya dari Martin King Luther. Sekedar mengigatkan kita kembali pada, Martin King Luther (15 Januari 1929-April 1968 adalah seorang penerima Nobel dan aktivis HAM. Dia adalah seorang pemimpin terpenting dalam sejarah AS dan dalam sejarah non kekerasan (anti diskriminasi)  pada zaman modern. Dia juga dianggap sebagai pahlawan pencipta perdamaian dan Martin oleh banyak orang di seluruh dunia.

King juga berjuang melawan diskriminasi rasial. Dalam sebuah aksinya, dia mengutip prinsip-prinsip Mahatama Gandhi untuk menghindari semua macam kekerasan-kekerasan yang terjadi waktu itu. Dalam jangka beberapa tahun kemudian, dia membuat sesuatu kesuksesan besar, tetapi secara berangsur-ansur orang-orang kulit hitam muda untuk menjauhinya karena mereka tidak dapat menerima paham anti kekerasaannya. Justru sebaliknya, King tidak pernah berhenti untuk melakukan kampanye tentang anti diskriminasi di AS Waktu itu.

Tapi bagaimana dengan Kim Troncone yang mengajarkan tentang pentingnya keberagaman pada siswa-siswanya dengan mengunakan Krayon? Yakni, ketika siswa-siswa siap untuk menggambar mereka membuka kotak Kerayon dan terheran-heran karena hannya menemukan satu Krayon masing-masing dan mereka harus menggambar hannya dengan satu batang Krayon tersebut. Ini adalah sebuah awal dari pelajaran tentang keberagaman.

Salah seorang siswa yang namanya, Sean Aubrey mencoba sebisanya menggambar hannya dengan satu Krayon saja. Tak lama kemudian ia lansung berkomentar, “satu krayon tidak asyik. Tidak banyak yang bisa dilakukan dengan satu Krayon saja.” Begitu pun juga dengan Krista salah seorang siswa dapat Krayon berwarna hijau dan bisa  menggambar lebih banyak rumput, anggur, dan bahkan mahkota. Tapi ia tak bisa berkreasi lebih banyak lagi. Kim kemudian memberikan mereka sisa Krayon yang lain pada siswa-siswanya.
Tak lama kemudian siswa dapat menggambar jauh lebih banyak dan lebih menyenangkan daripada sebelumnya. Mereka bisa menggambar mobil beraneka warna, tempat bermain gantung,  dan pohon. Dengan Krayon yang perlengkapan mereka lebih bisa menggambar jauh lebih banyak, lebih baik, dan lebih mengasyikan. 

Setelah mereka membaca buku The crayon box that talked yang ditulis oleh Shane Derolf yang menunjukan bagaimana semua warna yang ada  di dalam kotak dan berteman dan melakukan kerjasama antara yang satu dengan yang lainnya. Pada mulanya masing-masing Krayon tidak suka satu sama lain. Tapi akhirnya mereka saling menyukai satu sama lain, kata Emily. Mulanya Emily mempunyai satu Krayon berwarna hitam dan dia hannya bisa menggambar tenda berwarna hitam. Mereka juga mesti mengisi poster besar yang berbunyi,”impian saya adalah….” Dan mereka mengisinya dengan kata-kata, orang berkulit cokelat dan putih bermain bersama di taman bermain”; punya teman yang berbeda denganku “; (Martin Luther).


Berikutnya, mereka diminta untuk bercerita dan menyampaikan apa yang membuat mereka merasa berbeda dengan orang lain, seperti warna mata, warna rambut dan, lain-lain, tapi yang lebih penting adalah menyampaikan apa yang membuat  mereka merasa sama satu dengan  yang lainya. Kristapun berkomentar “menjadi lain adalah sesuatu yang luar biasa.”  Lalu pertayaannya pelajaran apakah yang bisa kita maknai dalam cerita satu warna Krayon tersebut?.

Petama,Suatu tanda bahwa siswa dapat menerima keberragaman tanpa harus merasa terkucil atau diperlakuan berbeda dengan satu dan yang lainnya. Kedua, Semoga dari ceritanya ini juga kita bisa belajar dengan perbedaan-perbedaan yang berkelindan dalam kehidupan kita. Semoga perbedaan itu kita pandang sebagai sebuah kekayan bukan sebagai ancaman yang mencekam khususnya di daerah kita NTB. (Ahyar Wakil Direktur Mellbao)

Nasi Puyung Pedas Khas Lombok

MellbaoNews: Berbicara makanan khas Lombok, lidah kita mungkin akan langsung mengenang lezatnya ayam bakar Taliwang. Ayam yang termahsyur dan menjadi salah satu ikon kuliner khas Lombok itu bahkan sudah banyak ditemui di kota-kota lain seperti Jakarta dan Bandung. Namun, selain ayam Taliwang, Lombok juga memiliki satu menu masakan yang tak kalah menggodanya yakni Nasi Puyung. Dan bisa jadi Nasi Puyung ini hanya bisa Anda jumpai di Pulau Lombok. Jadi, jika Anda berkesempatan berada di Lombok, jangan lewatkan santapan segar dan bikin keblinger ini.

Nama Nasi Puyung diambil dari nama daerah asalnya yakni Kampung Puyung, Lombok Tengah, NTB. Pelopor pembuat Nasi Puyung ini merupakan seorang penjual nasi yaitu Papuk Isum yang berasal dari kampung Puyung. Dia sudah berjualan Nasi Puyung sejak tahun 1980-an dan kini usahanya kian membesar dan sudah ditangani oleh anak dan cucunya. Karena kelezatannya, Nasi Puyung kian menjamur hingga ke pusat kota seperti di Mataram, Lombok Barat.

Di Mataram, nama kedai yang asli berasal dari Kampung Puyung adalah Nasi Balap Puyung Inaq Esun. Kedai sederhana ini terletak di depan Hotel Grand Legi, Jalan Sriwijaya, Mataram dan buka setiap hari mulai pukul 09.00-21.00. Anwar, seorang penjaga kedai itu, mengatakan bahwa untuk menjaga keaslian rasa, Nasi Puyung langsung diambil setiap pagi dari Kampung Puyung, Lombok Tengah. "Nasi Puyung yang ini asli dikelola sama generasi ketiganya dari Kampung Puyung. Setiap pagi, kita ambil lauk pauknya di sana. Tapi kalau nasi, kami buat sendiri di sini," ujar Anwar.

Penampilan Nasi Puyung tidak terlalu istimewa dengan nasi putih yang diletakkan di atas daun pisang. Tetapi, kenikmatan Nasi Puyung ini justru terletak pada lauk pauknya yang terdiri dari sambal, kedelai goreng, suwiran, dan daging ayam cincang serta kelapa parut. Sebagaimana masakan Lombok lainnya yang terkenal pedas, Nasi Puyung ini mungkin ada di peringkat tertinggi soal kepedasannya.

Uniknya, saat pertama menyantap daging ayam cincang yang sudah dilumuri sambal, rasanya renyah tidak terlalu pedas. Mulut pun seakan tak bisa berhenti mengunyah. Satu demi satu ayam cincang itu masuk ke dalam perut. "Wah enak! Pedasnya pas, nggak sepedas yang dibilang orang," ucap salah seorang rekan.
Dua gelas teh tawar hangat pun sukses menemani santapan Nasi Puyung yang harganya hanya Rp 8.000 ini. Anwar mengungkapkan bahwa rasa pedas itulah yang hingga kini dipertahankan sejak tahun 1980-an. Kuncinya ada pada cabai kering khas Lombok. (KM. Mellbao).

Selasa, 29 Mei 2012

Merry Riana Mimpi Sejuta Dolar

Resensi KM.Mellbao: Umur 26 tahun Merry Riana sudah mengantongi uang satu juta dolar, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi wanita semuda dirinya. Menyimak lembar demi lembar dalam buku ini, seolah kita ‘dipaksa’ untuk mengerti diri seorang wanita bernama Merry Riana. ‘Dipaksa’ untuk menemani Merry menghabiskan waktunya ketika kuliah di Singapura. ‘Dipaksa’ untuk merasakan keprihatinan dan bergelut dengan kehidupannya mie instan menjadi ukurannya menggambarkan betapa sempitnya hidupnya kala itu. ‘Dipaksa’ pula untuk ikut dongkol ketika semua usahanya berakhir di jalan buntu. Namun itulah hidup!.

Bila menyimak buku ini, kita akan tahu betapa beruntungnya Merry Riana. Kok beruntung? Ya, Merry Riana sangatlah beruntung mendapatkan pembelajaran dan lulus dari ‘sekolah kehidupan’. Sekolah yang mengajarkannya memaknai kehidupan, menghargai setiap sen yang didapatnya, menikmati setiap sukses yang berhasil diraih. ‘Sekolah kehidupan’ yang digambarkan oleh Merry Riana itu memang mahal biayanya. Dibutuhkan air mata, kesabaran, keprihatinan dan keteguhan hati untuk dapat lulus dengan predikat cum laude. Dan Merry Riana berhasil lulus dengan predikat tersebut.

Dalam setiap kegagalan yang menghantam Merry tak membuatnya merana. Ya, dirinya memang terpuruk, terjerembab dalam kubangan kegagalan. Menangiskah Merry? Tentu, ia memang menangis dan hampir-hampir jurang keputus-asaan menelan dirinya. Yang hebat dari dirinya adalah ia selalu positif. Selalu bisa memaknai semua kejadian kegagalannya itu sebagai hal yang positif, dimana ia kemudian belajar dan mencari rumus-rumusan untuk menambah energi dirinya tetap tegar dan beraksi kembali.

Bila kita membaca buku ini, kesan yang didapat bukan sosok Merry Riana saja. Melainkan energi positif yang terus menyesaki simpul-simpul syaraf di benak kita. Seorang Merry Riana menuliskan dengan jelas dan sejujurnya latar belakang dirinya yang bukanlah wanita tegar yang mampu memotivasi orang untuk maju menggapai mimpinya. Ketika semua orang menertawakan mimpinya, ia tak tergoyahkan karena sudah memiliki keyakinan –meskipun terasa masih gelap, yang dapat membawanya dalam kesuksesan. Mr. Kenny, seorang bosnya pemilik laundry yang brosurnya ia bagikan, mengajarkan hal yang berada di luar dugaannya. 

Mr. Kenny pandai membaca peluang dan meraih kesempatan ketika semua orang terjerat dalam belenggu kesusahan. Dari kesusahan itulah Mr. Kenny berdiri tegak dan meraih sukses. Bagian ini mengajarkan betapa atmosfir kesusahan tengah menyelimuti, pasti ada kesempatan yang dapat digunakan untuk bergerak maju.

Dalam buku ini Merry mengajarkan untuk selalu dalam energi positif, bukan hanya memiliki keyakinan untuk maju. Namun juga pandai melihat peluang dan kesempatan dan meraihnya kemudian membawa ke tingkat yang tinggi. Nikmatilah masa-masa sulit untuk mencari rumusan yang digunakan ketika sukses sudah berhasil diraih. Yang terpenting adalah memiliki tujuan yang terukur dan ambil tindakan untuk mewujudkannya. di akhir kalimat buku ini cocok untuk kita baca khususnya bagi anak muda. (Wakil Direktur Mellbao)

Penulis    : Alberthiene Endah
Penerbit  : Gramedia 2011
Halaman : 209
Peresensi: Ahyar (Penulis di kolom KM.Mellbao)

Membaca, Menulis Tradisi yang Terlupakan

Opini KM. Mellbao: Ketika kita menengok pada sejarah masa lalu para ulama kita, maka kita dapat memastikan hampir semua ulama trsebut mewariskan ilmu Dan kitabnya. Sangat mungkin mereka mereka terinsiprasi oleh firman Allah SWT dalam surat al-Alaq “iqra’bismirabbikalladzi khalaq, sebuah anjuran untuk kita semua untuk membaca dan menulis. Membaca bisa diistilahkan sebagai suatu perintah dan kewajiban agar manusia senantiasa belajar sepanjang hayatnya. Membaca juga tidak hannya bermaksud menjadikan bacaan itu bermamfaat bagi diri kita sendiri, melainkan menyebarkan, mengembangkan hasil bacaan tersebut sebagai imformasi yang berguna bagi orang lain. Dengan semakin sering kita membaca dan menulis akan semakin berfaedah jika hasil bacaan itu bisa dikemas dalam bentuk  tulisan, sehingga ilmu pengetahuan tetap awet, terjaga dalam masa yang lama dan bisa memberikan mamfaat kepada generasi selanjutnya.

Slogan “Buku adalah Jendela Dunia” budayakan Membaca Buku, slogan ini tidak lain  maksudnya adalah untuk menumbuhkan minat kita dalam membaca buku dalam bentuk apapun. Bila seseorang ingin maju, maka sangat tepat bila ia mengadopsi budaya membaca dan menulis sebagai kebiasaan dan kebutuhannya. Kebiasaan ini menjadikan seseorang berpengetahuan dan berwawasan. Seperti halnya orang dibeberapa negara maju seperti halnya di Singapura, Malaysia, Jepang, Australia, Eropa dan Amerika tentu saja mereka semua terbiasa hidup dengan budaya membaca dan menulis.

Tokoh nasional seperti Soekarno, Moh Hatta, Gus Dur mereka menjadi orang besar bukan secara kebetulan, tetapi adalah karena mereka mengadopsi budaya membaca dan menulis melalui otodidak, belajar secara mandiri, dan belajar di lembaga pendidikan formal yang berbudaya. Sementara Pramudya Anantatur, Buya Hamka, Haji Agus Salim tidak pernah menempuh pendidikan formal tinggi, namun lewat budaya tulisan secara otodidak telah tumbuh menjadi ilmuwan, budayawan dan tokoh intelektual yang sangat berkualitas.

Bagi para kalangan akademisi kita, membaca dan menulis merupakan ruh, artinya jika seorang mahasiswa tak dapat menampakkan taringnya dalam aktivitas tersebut maka eksistensi dan kontribusinya kurang diakui menulis akan menjadi mudah bagi mereka yang sudah terbiasa menuangkan ide-ide yang berada di pikiran dalam bentuk tulisan, sehingga tidak jarang bagi mereka yang tulisannya bagus akan dimuat dimedia massa baik koran maupun media kampus. Namun sebaliknya akan berbeda bagi mereka yang tidak terbiasa dengan budaya menulis, akan sangat sulit untuk menuangkan idenya dan gagasannya tersebut.

Bahkan ada sebagian dari mahasiswa  dibeberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang menganggap bahwa menulis itu hanya sebatas diperlukan saja, seperti membuat tugas, paper dan skripsi. Sehingga menjadikan membaca dan menulis sebagai kebutuhan sesaat, disamping itu juga ada beberapa faktor lain yang masih menginggapi di benak mereka sehingga enggan untuk melakukan aktivitas membaca dan menulis begitu juga pada sebagian dosen menulis bukan lagi dijadikan sebagai budaya untuk meningkat intelektual mereka, melainkan menulis dijadikan sebuah proyek. Hal ini dikarenakan oleh; pertama, masih kuatnya budaya “nerimaan” merasa cukup dengan apa yang telah diterima dari guru atau dosen, sedangkan di luar jam sekolah jarang sekali mencari wacana tambahan baik lewat buku atau media baca lainnya. Ini dikarenakan orientasi yang terkonstruk pada diri siswa rata-rata hanya sebatas sekolah an-sich, sehingga materi bacaan harian mereka hanya terbatas pada materi sekolah saja.

Kedua, belum siap untuk menghadapi arus modernisasi, mereka mengikuti arus modernisasi dari segi fisik saja tanpa diimbangi dengan daya pikir kritis, misalkan yang berhubungan dengan (fashion, life style, materi) yang ujung-ujungnya ialah konsumerisme. Hal ini disadari atau tidak, para siswa maupun mahasiswa dan dosen sekarang ini sebagai aktor intelektual telah kehilangan identitasnya

Mungkinkah itu bisa tradisikan?
Pertayaan inilah yang paling untuk direnungkan bersama, menjadiakn aktivitas membaca dan menulis sebgai tradisi itu akan berdampak positif bagi kemajuan pikiran kita. Dengan membaca dan menulis sebenarnya dapat membuka dan memberikan wawasan berfikir, merangsang imanjinasi serta menciptakan kreativitas. Menuntun kritis dan objektif dengan berbagai perspektif. Membuat fikiran lebih reflektif, tidak reaktif, sehingga tidak monoton dan stagnan.

Tapi seiring dengan perkembangan zaman, kata-kata itu hampir tak terdengar gaungnya lagi ditelinga kita, entah hilang ditelan waktu, siswa lebih cenderung menghafal dan mempraktekkan budaya yang muncul oleh acara televisi dari pada kebudayaan membaca itu sendiri Sebenarnya ada unsur positif yang disiratkan oleh kebudayaan modern dengan membudayakan membaca, contoh saja tradisi yang telah dicanangkan di Jepang dengan gerakan “20 minutes reading of mother and child”. Yakni membiasakan untuk membaca sehari minimal 20 menit dari ibu dan anak. program ini dicanangkan agar masyarakat Jepang lebih tergugah untuk lebih gemar mencintai buku dan membacanya, menjadikan membaca sebagai kegiatan yang menyenangkan dan mengasyikan.

Ada pepatah Inggris mengatakan “we first make our habits, then our habits make us” (Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan terlebih dahulu). Artinya, bila kita ingin mempunyai kegemaran membaca buku, maka membaca buku perlu dibiasakan. Nah, yang diperlukan sekarang ini ialah kebiasaan yang dilakukan dalam aktivitas sehari-hari, minimal membaca 20 menit perhari atau bisa lebih mulai dari buku atau bisa berlangganan koran agar menambah pengetahuan, disamping itu juga tumbuhkanlah rasa keingintahuan akan segala sesuatu hal, membangun spirit diri dari dalam maupun luar diri, dalam rangka menumbuhkan dan membangun masyarakat baca (literacy civilized).

Untuk menciptakan budaya membaca dan menulis. Perlu diciptakan pembangunan “paradigma” dalam diri kita masing-masing bahwa membaca dan menulis adalah suatu kebutuhan sehari-hari. dengan konsep tersebut, niscaya spirit akan tergugah. Spirit yang positif dan adanya keinginan untuk merubah diri sejak dini bisa dijadikan senjata dalam melaksanakan aktivitas membaca dan menulis, Sehingga munculnya anggapan tentang membaca dan menulis hanya kebutuhan sesaat bisa dihilangkan dari benak kita, ditengah-tengah kemajuan teknologi informasi saat ini, sangat ironis jika kita hanya diam terpaku dan tak menghasilkan karya apapun. 

Kita seharusnya merasa kagum terhadap Tan Malaka seorang penulis yang dapat menorehkan pena walaupun dalam penjara sekalipun beliau dapat menelurkan gagasan-gagasan yang berjudul “dari penjara ke penjara”. Nah, Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita membaca dan menulis hari ini? Tinggal kita renungkan bersama. Wallahu a’llam bisswab..(Ahyar, Wakil Direktur Mellbao)

Penyelamat Lingkungan, Nasib Pemulung Perlu Diperhatikan

MellbaoNews: Pagi buta, meleawati kota tua kota Ampenan atau pun tempat lain diperkotaan dan pinggiran kota Mataram, menemukan pemulung sampah dipagi buta bukan hal biasa.  Pemulung atau yang sering kita sebut sebagai pengais sisa bahan konsumen masyarakat merupakan bagian dari komponen masyarakat. Aktivitas utama yang dilakukan pemulung adalah memungut barang-barang bekas atau memilah-milah bahan sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang.
Sebagian besar pemulung memilih pekerjaan ini biasanya karena adanya himpitan ekonomi. Mereka menjadi pemulung karena tuntutan untuk menyambung hidup agar kehidupannya dapat berputar sebagaimana mestinya. Sebagaimana warga masyarakat pada umumnya, pemulung juga memiliki keluarga.
Kita ketahui bersama bahwa banyak pandangan buruk masyarakat terhadap para pemulung. Masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak di antara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu 'panjang tangan', pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Namun, benarkah seperti itu?

Padahal, kalau dicermati bersama, pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Pemulung merupakan pihak penting dalam proses pengolahan sampah. Karena peran pemulung pula, sampah-sampah organik dan nonorganik dipisah-pisahkan.
Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Dengan demikian, volume sampah yang menggunung di lingkungan kita yang notabene menjadi permasalahan yang tak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh pemulung.

Melihat kenyataan itu, kita sudah sepatutnya menjadikan pemulung sebagai subyek yang patut diperhatikan kinerjanya. Pemerintah seharusnya memberikan modal soft skill maupun hard skill kepada para pemulung sebagai bentuk penghargaan pemerintah kepada pemulung. Soft skiil yang diberikan dapat berupa pengetahuan budi pekerti yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan para pemulung. Ini penting agar masyarakat dapat mengurangi anggapan buruk terhadap para pemulung terkait kehidupannya.

Sedangkan hard skiil yang dapat diberikan berupa ketrampilan mengolah sampah yang dapat didaur ulang. Jika hal tersebut dapat dilakukan, pemulung akan memperoleh income yang dapat dikatakan 'lumayan' untuk mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Dengan demikian, profesi pemulung bukanlah sebuah profesi yang 'terpaksa' harus dilakukan. Tetapi, profesi pemulung dapat menjadi profesi yang menjanjikan.(Wakil Sekertaris KM.Mellbao).

Ujian Nasional Anjlok Salah Siapa?

MellbaoNews: Kelulusan pada Ujian Nasional (UN), adalah kata akhir dari sebuah perjuangan pendidikan, Lulus selalu didambakan oleh peserta didik maupun tenaga pendidik saat ini. Namun akhir-akhir ini kata tidak lulus menjadi kata yang “angker” kedengaran di masyarakat kita, sehingga harus diusahakan seoptimalnya untuk memberikan kelulusan 100 persen bagi para siswa yang akan menghadapi UN. 
“Ah pasti malulah sekolah kita kalau nanti banyak siswa yang tidak lulus” ungkapan ini seringkita dengar dari para sebagian guru yang ingin melihat siswa mereka lulus 100 persen saat pelaksanaan UN.

UN yang diharapkan akan dipakai untuk memetakan kualitas pendidikan kita secara nasional sehingga dapat memacu kerja keras semua pihak dibidang pendidikan, ternyata berakhir  menggenaskan dengan ketidak lulusan pada UN. Menjelang tibanya UN, gurulah yang paling sibuk mencari upaya persiapan UN antara lain, dengan mengelar bimbingan belajar (bimbel),  pemondokan, pengayaan, dan try out sampai pada upaya pembinaan mental dan spiritual dengan hajatan siswanya dapat lulus. Demi kelulusan yang tidak adil tersebut, Siswa dicekoki dengan berbagai soal tes dan bahkan sekolah menghentikan. Selain itu, pendidikan merupakan satu-satunya ranah untuk memperbaiki, dan mengembangkan aspek-aspek kehidupan termasuk aspek politik dan peradaban manusia lainnya. 

Siapa yang harus kita salahkan jika UN anjlok?
Persoalan ketidaklulusan juga banyak disebabkan oleh pengisian lembar ujian yang salah, kadang-kadang siswa kurang tebal melingkari jawaban, atau kebanyakan dihapus, bisa juga lewat dari garis sehingga jawaban dianggap salah, karena diperiksa menggunakan komputer. Seandainya jawaban itu benar, tetapi dalam pemeriksaaan salah tentunya sangat merugikan siswa.

Paling tidak ada tiga yang sering menjadi pembicaraan masyarakat kita bisa, guru (pihak sekolah), orangtua, dan pemerintah, tapi yang kerap jadi sasaran tudingan dengan ketidak lulusan adalah pihak sekolah, lebih tepatnya guru. Tentu saja dalam hal ini guru tidak mau disalahkan secara sepihak. Mereka merasa bahwa sudah melakukan hal yang terbaik dalam mempersiapkan pembelajaran dengan selengkap-lengkapnya. Melaksanakan pembelajaran dengan setertib-tertibnya, evaluasi pun dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Namun kekecewaan dan kesedihan yang dirasakan guru, ketika hasil yang dicapai siswa jauh dari harapan. Orangtua siswa pun tidak luput dari sasaran ketidak lulusan pada UN tersebut. Sementara disatu penafsiran yang berbeda para orangtua siswa tidak mau tahu menahu tentang hal itu, bila kelulusan sekolah tidak baik, maka sekolah tersebut tidak baik juga dianggapnya. Dalam UN persoalan ini tidak semestinya saling melempar masalah diantara ketiga pihak ini, sehingga semua itu menyisihkan kritikan dari berbagai pihak kepada lembaga pendidikan kita hari ini.    

Pertama, Jika UN yang dimaksudkan untuk mendapatkan pemetaan pendidikan kondisi pendidikan nasional, mengapa siswa yang harus mengikutinya? Mengapa tidak mengunakan metode sampling agar lebih kuat agar lebih hemat. Apalagi sampai menjadi sebuah patokan mutlak terhadap kelulusan siswa pada masing-masing UN. Kedua, adalah menjadikan hasil UN sebagai patokan untuk kelulusan siswa. UN sebagai tolak ukur kelulusan siswa mencerminkan minimnya pemahaman mengenai fungsi dan tujuan ujian,evaluasi dan standarisasi. Prinsip ujian test what you teach (ujilah apa yang anda sudah ajarkan) jelas sudah dilanggar jika UN digunakan untuk menetukan kelulusan siswa. Kenapa mesti tiga bidang studi itu saja yang dianggap penting?. Selama tiga tahun siswa diajari berbagai bidang studi dan tiba-tiba diakhir masa sekolah mereka akan diuji dengan tiga bidang studi tersebut untuk menentukan gagal atau suksesnya mereka bersekolah. Lagi pula tujuan pendidikan yang mengandung prinsip pengembangan aspek intelektual,emosional dan spiritual dari siswa sama sekali tidak digubris. 
Dimana letak perbincangan tentang pendekatan multiple intelligences yang juga menjadi salah satu andalan Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK)?. Meskipun siswa mencapai tahap perkembangan inteletual dan mental yang optimal, mereka akan tetap dianggap gagal jika tidak memenuhi patokan kelulusan UN. Stragis memang, evaluasi semestinya memberikan ruang yang sama terhadap ranah afektif (sikap) dan psikomotorik (praktik) disamping kognitif (mental), memang tidak masuk akal jika kelulusan siswa, terutama pada sekolah kejuruan, justru ditentukan oleh kemampuannya dalam mengerjakan soal ketiga bidang studi tersebut. Padahal dalam mendidik siwa kejuruan agar mereka berkopeten dalam mengisi lapangan kerja dan bukan dalam mengerjakan soal UN.

ketiga, bahwa UN telah membuat kita mereduksi tujuan pendidikan, kita tidak lagi peduli tujuan dengan pendidikan dan bagaimana proses tersebut dilaksanakan. Yang terpenting bagaimana agar siswa bisa lolos dari UN tersebut. Semua hasil kerja selama tiga tahun, betapapun baiknya, tidak akan kita pedulikan jika ia tidak mampu lolos dalam UN, karena UN merupakan tujuan daripada pendidkan itu sendiri.

Konteks NTB
Suasana menjelang UN di NTB pun tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya, setiap kali menjelang UN siswa di NTB mengalami jeblok juga, walaupun jauh sebelumnya sudah dilakukan berbagai persiapan oleh pihak  sekolah. Tidak menutup kemungkina sejumlah sekolah di NTB juga merasa terbebani dengan tradisi kelulusan 100 persen. Nilai rata-rata 5,50 atau tidak boleh nilai dibawah 4,00 dengan kata lain tidak lulus, sehingga menjadi beban tersendiri bagi pihak sekolah maupun orangtua siswa sendiri.  Disatu sisi kelulusan pada UN dipandang menjadi sebuah cerminan kualitas dan kredibilitas sekolah tersebut. 

Kekhawatiran pada sekolah juga menjadi kegelisahan pemerintah daerah, sehingga berbagai himbauan yang dicanankan melalui Dinas Pendidikan untuk mencapai kelulusan yang diharapkan. Bahkan ada dibeberapa sekolah yang melakukan pemondokan, bimbel, pengayaan, try out berulang kali dan melakukan pengguatan mental spiritual para siswa hannya untuk  menghadapi UN.

Terlepas dari segala ingar-bingar UN kelak kita kita akan tahu hasil UN, apa sebenarnya yang akan kita lakukan dengan itu? Apakah  akan cukup sampai di situ dan yang penting kita sudah tahu siapa yang lolos dan siapa yang tidak meninggalkan siswa sebagai korban memang tragis memang sungguh tragis itu kalau terjadi.
UN akan bermamfaat jika ia dilihat lebih sebagai assessment atas pendidikan itu sendiri bukan sebagai alat evaluasi dan hendaknya ia tak dijadikan satu-satunya penentu kelulusan semata. Bahwa kita harus punya semangat bekerja keras kalau mau sukses memang benarkan?, tapi apa betulya UN bisa membuat masing-masing pihak pemangku kebijakan Kemdikbud, guru, orangtua dan siswa harus lebih ekstra untuk mendorong pada kelulusan pada UN. Peningkatan mutu akademik terletak bukan hannya pada UN, tapi juga pada banyak sekali aspek lain yang harus digarap secara  telaten dan dalam jangka panjang, baik aspek lain yang terkait lansung dengan dengan pendidikan.  

Memang tak ada jalan pintas didalam meningkatkan kualitas pendidikan kita di khususnya NTB, yang terpenting ialah energi dan dana besar yang dihabiskan untuk mengukur output pendidikan selayaknya diimbangi dengan peningkatan mutu layanan dan proses pendidikan, berbagai variabel termasuk guru,kurikulum,saranadan prasarana harus mendapatkan perhatian yang besar sebelum pemerintah menuntut pristasi siswa. Oleh sebab itu, UN kedepan harus dilakukan atas dasar kejujuran kolektif dan demi kepentingan peradaban manusia yang lebih berkualitas dan bermartabat di masa mendatang demi mengwujudkan NTB yang beriman dan berdaya saing. Wallahu a’lam bisawab.
(Ahyar, Wakil Direktur Mellbao).                                

Naik Haji dari Hasil Ternak sapi

MellbaoNews: Suasana alami masih sangat terasa di pelosok desa itu, Dusun Rontu kecamatan Raba, Kabupaten Dompu, sebuah tempat paling pinggir yang terletak dibagian utara Kabupaten Bima. Bermimpi untuk menunaikan rukun Islam ke lima, sangat didambakan oleh setiap muslim terutama mimpinya pak Mustaram salah seorang ketua kelompok ternak sapi “ Tani Makmur”. dengan berharapkan dari penghasilan menjadi ternak sapi selain salah satunya adalah mendapatkan bantuan sejuta sapi (BSS) dari pemerintah provinsi NTB.
 
Berawal dari kunjungan sekertaris KM. Mellbao, ke tempatnya pak Mustaram  di Dompu, menjadi buah cerita yang akan selalu menarik untuk diceritakan pada teman-teman lain. Kelompok ternak  sapi “tani makmur” bermula dari membangun kandung kolektif sederhana. Bisa dikatakan sebagai jawaban sebagai kegelisahannya selama ini tentang ungkapan cita-citanya  untuk tahun 2014 bisa naik haji mendapatkan haji yang mabrur dengan dua istrinya.

Tapi buka sekedari itu, pembentukan  kelompok  juga didorong oleh keinginan beternak untuk hidup lebih maju dengan semua keluarganya. Semangatnya begitu terpancar dilihat dari raut wajahnya, menceritakan pegalaman selama menjadi peternak sapi. Berternak memang kelihatan sepele bagi orang tertentu, dan seringkali dikatakan remeh terutama masyarakat Bima. Tapi bagi pak Mustaram beternak merupakan tradisi yang turun temurun yang tetap harus dipertahankan.

Sebelum mendapatkan bantuan BSS dari pemerintah provinsi NTB, berternak sudah digeluti pak Mustaram sejak berumur 10 tahun bersama orangtuanya,  sebelum mendapatkan bantuan BSS pak Mustaram mempunyai ternak sapi sebanyak 10 ekor, tapi ketika akhir tahun 2009 ia mendaptkan bantuan uang sebesar 180 juta,dengan kelompoknya 16 orang. Sebagian besar bantuan itu dipergunakan untuk mem beli sapi sebanyak 30 ekor dan sisinya dipergunkan untuk membuat kandang kelompok hingga sampai sekarang jumlah yang 30 ekor  selama 2 tahun  lebih itu bisa menjadi 50 ekor sapi.

Sebagai ketua kelompok pak Mustaram selalu memberikan motivasi yang intens pada anggotta kelompok setiap melakukan pertemuan satu kali seminggu secara rutin. Sehingga ide pak Mustaram untuk membuat arisan kelompok naik haji dengan  beberapa anggottanya terbukti dengan tahun 2008 pak Mustaram bisa pergi haji sendiri dan untuk  tahun  istrinya akan menyusul  itu pun hasil dari penjualan sapinya, milik pribadi dan bantuan tambahan dari BSS programnya pemerintah NTB. bantuan ini sangat memberikan mamfaat besar bagi kelompok terutama saya pribadi ungkap pak Mustaram sambil, membersihkan kotoran ternak dikandangnya. (Wakil Direktur Datu Mellbao).





Sekarbela, Kampung Mutiara di Lombok

                                  
MellbaoNews: Sekarbela, sebuah tempat yang tak asing lagi bagi para penggerajin emas antik dan mutiara di NTB. Sekarbela adalah bagian dari kota Mataram, terdiri dari 5 kelurahan, Jempong Baru, Karang Pule, Kekalik Jaya, Tanjung Karang, dan Tanjung Karang Permai. Sebagai sentra kerajinan mutiara dan emas asli  Lombok, Sejak lama tempat ini menjadi pusat perdagangan perhiasan, emas perak, dan setelah komoditi budidaya mutiara di Lombok semakin maju maka tempat ini tidak hanya menjadi sentra kerajianan emas dan perak saja tetapi telah menjadi sentra kerajinan perhiasan mutiara yang paling disebut.Budidaya mutiara di pulau Lombok hanya mutiara air laut atau dikenal dengan "South Sea Pearl" dan mutiara air laut Lombok konon yang terbaik didunia, memang south sea pearl tidak hanya di Lombok namun mutiara tersebut hidup atau dibudidayakan dilaut selatan, seperti Australia juga tercatat sebagai penghasil budidaya mutiara jenis ini, mutiara mutira yang dihasilkan dilaut selatan ini terkenal karena texture dari mutiara mutiara tersebut yang kesusu-susuan atau creamy, yang terkenal dari mutiara - mutiara tersebut ialah mutiara yang berwarna keemasan  sehingga mutiara - mutiara tersebut terkenal dengan Golden south sea pearl. Mulai dari harga bisa dihitung Rp. 200 ribu bahkan sampai 1.5 juta pergeram itu pun bisa tergantung kualitasnya.

Lantas dari mana asal mutiara air tawar yang ada? menurut dari pedagang emas dan mutiara grosiran yang ada sekitar Sekarbela, menyebutkan bahwa mutiara air tawar didunia yang pertama kali dikembangkan di Amerika, kemudian Cina dapat membudidayakan mutiara- mutiara tersebut, ungkap H. Sahnim salah seorang pengerajin emas lokal di Sekarbela. Hal senada juga diungkapkan oleh pembeli emas grosiran ibu Mira, sekarang emas di Sekarbela ini sebagai emas  jualan terbaik di Cina  dan tercatat sebagai produsen mutiara air tawar terbesar di dunia.

Untuk mendapatkan info tentang pengerajin emas grosiran  dan mutiara di Sekarbela kita bisa dapatkan situs-situs yang menampilkan mutiara-mutiara tersebut, atau bisa lansung ke lokasi lansung.
Dalam memproduksi banyak mutiara dalam satu cangkang kerang mutiara tawar, hal ini tidak terjadi pada budi daya mutiara air laut, kalau mutiara air laut satu cangkang kerang isinya cuma satu mutiara. (Ahyar Datu Mellbao).

Rabu, 23 Mei 2012

Warung Soto Ayam Kampung 5000

mellbaoNewsWarung soto ayam yang satu ini biasa disebut Warung kampung 5000, karena memang sering menjadi incaran para mahasiswa selain murah dan enak disekitar Dasan Agung Mataram. Letaknya berada di sebelah Kampus 1 IAIN Mataram Jln, Pendidikan 36 sebelah perempatan Gomong menuju kearah Ampenan kota tua yang sering kita dengar. Warung 5000 yang buka sejak akhir 2011 ini begitu terkenal dengan kalangan mahasiswa IAIN, IKIP, UNW maupun UNRAM dan kampus lainnya di Mataram.
 
Pemilik warung  bibik Inum panggilan ini akrab dipanggil oleh para pelangganya. Sejak awal, menu andalan warung Soto ayam Kampung 5000 Pejeruk adalah, rimisan daging ayam yang dicampurkan dengan toge dan bumbu-bumbu bawang termasuk kacang goreng lainnya. Tidak ketinggalan juga cabai yang diulek bersama putih dengan sedikit garam, kemudian dikasih garam, taoge, dan air kuah yang masih hangat diguyur dengan kuah bumbunya. Rasanya khas soto ayam kampung 5000 yang memikat para pengnjung untuk tidak sabaran menikmati hidangan warung Soto ayam kampung 5000.
 
Direktur Kampung Media (Mellbao) menyempatkan diri mencoba hidangan soto bibik Inum, kepicut soto dengan kuah yang enak menjadi khas tersendiri. kepuasan pelanggan adalah tujuan saya ungkap bibik Inum, sambil melayani pelanggannya yang berdatangan. (Wakil Direktur KM. Mellbao)

   

Diskusi Publik Reformasi Hukum dan HAM

mellbaoNewsDalam  umurnya yang ke 19 tahun  KBR 68H,sudah menjadi orentasinya dalam memberikan imformasi pada masyarakat diseluruh Nusantara khususnya NTB. Sudah menjadi tanggung jawab KBR68H untuk selalu berikan imformasi terbaru dan memberikan pencerahan pada masyarakat.
 
Diskusi sehari ini diadakan atas kerjasama dengan Harian Suara NTB dengan mengangkat tema “ Reformasi Hukum dan HAM Mengapa aturan pertambangan memicu konfik di daerah” pada diskusi tersebut dihadiri undangan organisasi pemuda, LSM dan tokoh adat, seperti PMII, HMI,LMND, KAMMI, HIMMAH NW, Media Unram, LPM Royu’na, Lensa NTB, Bumi Gora Institut, Masayarkat adat Nusantara (MAS) dan tidak ketinggalan juga Direktur Kampung Media (Mellbao) beserta wakilnya.

Persoalan lahan pertambangan seringkali menjadi pemicu konflik dalam masyarakat adat,  hal ini disebabkan pemerintah jarang mengedepankan dialog dengan masyarakat dalam posisi masyarakat adat mereka menganggap tanah adalah harga mati bagi mereka yang harus dipertahankan, padahal kita ketahui bersama dalam pasal 33 dikatakan, semua sumber alam dimiliki oleh negara dan dikelola rakyat. Ungkap salah seorang pembicara dari  tokoh pemuda Masyarakt adat Sumbawa Barat, Jasa Hardi Gunawan.

Dalam hal bersamaan juga pembicara dari Ir. Husni, Sekertaris Pertambangan NTB, penyampaikan hal yang sama, tapi selama ini  dari Dinas Pertambangan melihat dari sebagaian aturan-aturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dan pemerintah Kabupaten tidak sesuai dengan kemauan rakyat,  seperti halnya kasus yang sudah terjadi belakangan ini, seperti terjadi di Pelabuhab Sape, Bima, bentrok ini anatara aparat dan masyarakat hingga berujung pada korban jiwa pada waktu itu, maka diharapakan ke depan pemerintah daerah dan kabupaten lebih mengedepankan kepentingan rakyat, sehingga terciptanya keadilan yang betul kita inginkan bersama, tandasnya.

Di sesi terakhir dari peserta PMII NTB, Hasbollah  memperotes kebijakan pemerintah yang dianggapnya semarut sehingga pada prinsipnya hukum harus mengedepankan kepentinga rakyat berbanding terbalik dengan harapan rakyat selama ini, ucapnya. (Wakil Direktur KM (Mellbao).



 

Melawan KDRT Bersama Kampung Sakinah

mellbaoNewsMendapatkan keluarga yang “Sakinah mawaddah warohmah” dalam konsep Islam  merupakan dambaan setiap anggotta keluarga dimana pun. Kalau di Kota Mataram ada kita kenal  komunitas  Kampung Media, lalu di Dasan Cermen munculnya  pula sebuah nama “Kampung Sakinah” yang baru saja terbentuk.

Pembentukan “Kampung Media” berawal dari sebuah pelatihan dan diskusi bersama anggotta  dari emapat kelurahan di Lombok Barat. Pendampingan kasus kekerasan perempuan dan anak (Paralegal) di Lesehan Bumi Gora Mataram yang. 

Dan  terbentuknya Kampung Sakinah tidak terlepas dari jaringan LBH APIK Mataram. Dalam pertemuan setengah hari tersebut, sekaligus pembentukan ketua pengurus “Kampung Sakinah” terpilih sebagai Ketua Ustaz. Isnur. S.pd sebagai wakil ketua, Utaz. Awalluddin, dan dibantu oleh anggotta lainya.  Direktur LBH APIK Mataram, dalam kata sambutannya, berharap dengan adanya Kampung Sakinah ini bisa terciptanya keadilan yang bersinambungan pada  perempuan dan kekerasan pada anak pun bisa diminimalisir  terutama pada kekerasan dalam  rumah tangga (KDRT), selain itu juga pola pikir masyarakat NTB, khususnya pada kaum lelaki bukan hannya  memahami tentang KDRT tapi yang tidak kalah pentingnya adalah  praktik  dalam kehidupan berumah tangga.

Karena masyarakat kita sering berpikir perempuan itu hannya bekerja di Dapur, Rumah, Kasur dan Sumur, pikiran-pikiran seperti itu perlu menjadi tugas kita bersama termasuk para jaringan LBH APIK NTB untuk memberikan pemahaman pada masyarakat kita di NTB. 

Ketua terpilih Kampung Media Ustaz. Isnur juga dalam kata sambutannya berharap besar pada komunitas “Kampung Sakinah” di Dasan Cermin bisa menjadi contoh dan tauladan dalam menggurangi kasus KDRT dan kekerasan pada anak bagi masyarakat kita yang beragam di NTB, di akhir kata sambutan ketua Kampung Media memberikan kata yel.yel “ Katakan tidak dalam kekerasan apa pun” sesuai dengan visi, misi “Kampung Sakinah” ujar beliau. (Yar).  


Selasa, 22 Mei 2012

KM MELLBAO KE TPA KEBON KONGOK

mellbaoNews. Selasa 21/05/2012, Matahari sedang terik-teriknya saat KM. Mellbao berkunjung ke TPA Kebon Kongok, tempat pembuangan akhir sampah dari Kota Mataram yang berada diwilayah Banyumulek-labu api kabupaten Lombok Barat.
Kunjungan KM.Mellbao itu memang sudah direncanakan sejak jauh-jauh hari karena diharapkan dengan kunjungan ke TPA sampah itu, semua pertanyaan-pertanyaan yang sering terlintas disetiap benak warga kota Mataram (tentunya yang peduli akan lingkungan) bisa terjawab.  seperti pertanyaan, "Kemana dan diapakan semua sampah-sampah tersebut?."
setelah melihat dari dekat, KM.Mellbao merasa bahwa upaya pemkot Mataram dalam menangani permasalahan sampah sudah bagus dan cukup baik.  Dengan metode yang di sebut sanitary landfill dan memang sudah seharusnya TPA  menerapkan metode 3R (Reduce, Reuse, Recycyling), dengan menerapkan Teknologi Sanitary Landfill. Teknologi tersebut  mengintegrasikan pengolahan sampah terpadu. Sampah yang ada didaur ulang, lalu dimanfaatkan komposnya, dan residu/sisanya dibuang ke penghancuran sampah. Sanitary Landfill adalah teknologi tinggi, yang investasinya saja sekitar Rp 100-200 juta perton. Sedangkan biaya operasional mencapai Rp 100-300 ribu per ton. 
Sambil berkeliling melihat aktifitas di TPA saat para pemulung yang jumlahnya puluhan orang berebutan mengais sampah plastik dan an organik lainnya yang bisa mereka jual, ketua KM. Mellbao yang juga seorang aktifis lingkungan mengatakan, " Sanitary Landfill itu mahal dan tidak efisien." lalu mengemukakan alternatif lain seperti yang sering ia kemukakan diberbagai kesempatan.  "yaitu dengan melakukan proses daur ulang atau komposting sejak dari awal," katanya, dengan menempatkan alat-alat atau bak sampah yang sekaligus menjadi mesin daur ulang sampah. "agar yang diangkut oleh truk sampah bukan lagi sampah tetapi kompos atau pupuk cair." 
Lahan yang begitu luas di kebon kongok diharapkannya dijadikan tempat menjemur semua hasil pupuk cair tersebut untuk selanjutnya dikemas dalam karung untuk kemudian bisa dijual.  "gitu aja kok repot."