KM.Mellbao.
Terbilang masih pagi betul, di hari Senin, 25/6/2012. Kelihatannya
mereka begitu sibuk mengurus tugas masing-masing. Para nelayan lain
duduk bebaris menarik tali jaring Krakat. Jaring Krakat dipasang setelah shloat subuh ketika air laut surut. Baju
mereka sudah mulai basah dengan keringat menetes ditubuh. Istri dan anak sudah menanti dibelakang
perahu-perahu mereka, untuk melihat hasil tangkapan ikan pagi itu,
sambil dibawakan rantan berisi nasi untuk sarapan.
Panggil
saja nama saya, pak Martini, (67). Pak Martini salah satu dari kelompok nelayan
senior dikampung Banjar, Kecamatan Ampenan, usianya yang sudah lanjut tidak
membuatnya jadi hambatan untuk terus membantu aktivitas kelompoknya sekedar
ikut menarik tali jaring Krakat yang sudah siap ditarik. Begitu juga
dengan kelompok nelayan lain. Di tengah keterbatasan fasilitas untuk melaut dan
tangkapan ikan semakin pupus, sudah menjadi asam garam bersama kelompok nelayan lainnya.
Pak
Martini kepada Kampung Media (KM) saat ditemui, menceritakan liku-liku tangkapan kelompoknya selalu apes atau kurang beruntung untuk berapa bulan bulan ini. Jaring Krakat kosong sering sekali kami hadapi, tapi semua itu lantas akan membuat kami
untuk tidak menekuni pekerjaan ini, lihat saja hasil tangkapan hari ini, hannya
10 ekor ikan Teri kecil yang tersangkut di Krakat, anehnya sampah yang paling banyak. Padahal untuk memasang jaring saja butuh waktu berjam-jam. Tapi kami dengan kelompok nelayan selalu bersyukur dan lapang dada “ ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh warga Kampung Banjar, Saya sudah sering melihat nelayan-nelayan yang kerap
jaring krakat kosong, berharap ikan yang tersangkut, tapi sampah dan pulang pun harus dengan tangan kosong, untung kalau ada ikan-ikan kecil yang tersankut, seperti ikan Teri,” ungkap Ridho,
warga kampung Banjar. Tanpa terasa jarum jam pun sudah menunjukan 8.00 pagi, aktivitas pak Martini dengan kelompoknya berhenti seiring Matahari mulai menyengat dahi. (Yar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar