Selasa, 29 Mei 2012

Penyelamat Lingkungan, Nasib Pemulung Perlu Diperhatikan

MellbaoNews: Pagi buta, meleawati kota tua kota Ampenan atau pun tempat lain diperkotaan dan pinggiran kota Mataram, menemukan pemulung sampah dipagi buta bukan hal biasa.  Pemulung atau yang sering kita sebut sebagai pengais sisa bahan konsumen masyarakat merupakan bagian dari komponen masyarakat. Aktivitas utama yang dilakukan pemulung adalah memungut barang-barang bekas atau memilah-milah bahan sampah-sampah tertentu yang dapat didaur ulang.
Sebagian besar pemulung memilih pekerjaan ini biasanya karena adanya himpitan ekonomi. Mereka menjadi pemulung karena tuntutan untuk menyambung hidup agar kehidupannya dapat berputar sebagaimana mestinya. Sebagaimana warga masyarakat pada umumnya, pemulung juga memiliki keluarga.
Kita ketahui bersama bahwa banyak pandangan buruk masyarakat terhadap para pemulung. Masyarakat cenderung apatis dengan kehadiran pemulung. Banyak di antara warga masyarakat beranggapan bahwa pemulung adalah kelompok pekerja yang kurang mengerti dan tidak menanamkan budi pekerti dalam dirinya. Masyarakat beranggapan bahwa pemulung itu 'panjang tangan', pemulung sangat kumuh, dan sebagainya. Namun, benarkah seperti itu?

Padahal, kalau dicermati bersama, pemulung merupakan komponen masyarakat yang mempunyai peranan besar dalam masalah penyelamatan lingkungan. Pemulung merupakan pihak penting dalam proses pengolahan sampah. Karena peran pemulung pula, sampah-sampah organik dan nonorganik dipisah-pisahkan.
Mereka memilah-milah sampah, sehingga benda-benda yang dianggap sampah oleh masyarakat dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang sampah. Dengan demikian, volume sampah yang menggunung di lingkungan kita yang notabene menjadi permasalahan yang tak kunjung berakhir dapat diminimalisasikan oleh pemulung.

Melihat kenyataan itu, kita sudah sepatutnya menjadikan pemulung sebagai subyek yang patut diperhatikan kinerjanya. Pemerintah seharusnya memberikan modal soft skill maupun hard skill kepada para pemulung sebagai bentuk penghargaan pemerintah kepada pemulung. Soft skiil yang diberikan dapat berupa pengetahuan budi pekerti yang nantinya dapat diaplikasikan dalam kehidupan para pemulung. Ini penting agar masyarakat dapat mengurangi anggapan buruk terhadap para pemulung terkait kehidupannya.

Sedangkan hard skiil yang dapat diberikan berupa ketrampilan mengolah sampah yang dapat didaur ulang. Jika hal tersebut dapat dilakukan, pemulung akan memperoleh income yang dapat dikatakan 'lumayan' untuk mencukupi kebutuhan hidup diri dan keluarganya. Dengan demikian, profesi pemulung bukanlah sebuah profesi yang 'terpaksa' harus dilakukan. Tetapi, profesi pemulung dapat menjadi profesi yang menjanjikan.(Wakil Sekertaris KM.Mellbao).

Tidak ada komentar: